Sabtu, 08 November 2014

Hegemoni dalam cerpen Bawuk karya Umar Kayam


MAKALAH TEORI SASTRA
HEGEMONI DALAM CERPEN “BAWUK” KARYA UMAR KAYAM
logo_unesa_new
OLEH
HIDAYATUL ILMIAH
12020074044
PB 2012

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2014


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Karya sastra dianggap sebagai sarana untuk memahami keadaan jiwa pengarang atau sebaliknya dan juga dianggap sebagai pancaran kepribadian pengarang. Pengarang biasanya lebih banyak dipengaruhi oleh alam disekitarnya. Tidak heran lagi jika pengarang khususnya Umar Kayam mengundang pembicaraan, karena wujud dari nilai sosial yang digambarkan pola-pola dasar humanisasi. Umar Kayam menganggap pandangannya itu tidak hanya sebatas pada pilihan pribadi tetapi juga pada suatu strategi yang digunakan dengan sadar dalam berhadapan dengan transisi masyarakat. Karya-karyanya berkaitan erat dengan latarbelakang kehidupannya, yaitu budaya Jawa.
Cerpen “Bawuk” karya Umar Kayam, mengangkat tema kehidupan pada masa PKI di Indonesia. Tokoh Bawuk sebagai seorang istri dari komunis, membawa perubahan besar dalam dirinya. Ada banyak dominasi, baik secara fisik ataupun mental dalam cerpen ini. Teori-teori yang berkaitan dengan ideology dan hegemoni menduduki posisi sentral yang cukup penting dalam studi sastra (Ratna: 2007: 174). Oleh karena itu, penulis akan menganalisis bentuk hegemoni yang terdapat dalam cerpen “Bawuk” karya Umar Kayam.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah adalah bagaimana bentuk hegemoni yang terdapat dalam cerpen “Bawuk” karya Umar Kayam?



1.3  Tujuan
Sesuai permasalahan yang diangkat, makalah ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan bentuk hegemoni yang terdapat dalam cerpen “Bawuk” karya Umar Kayam.

1.4  Manfaat
1.4.1   Menambah kajian kesusastraan khususnya analisis cerpen
1.4.2   Menambah dan memperluas pengetahuan tentang teori hegemoni
1.4.3   Menambah referensi bagi mahasiswa atau masyarakat yang akan menganalisis cerpen.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Bentuk Hegemoni
2.1.1 Hakikat Teori Hegemoni
Hegemoni berasal dari bahasa Yunani hegeisthai, yang berarti memimpin; kepemimpinan; kekuasaan yang melebihi kekuasaan yang lain. Biasanya hegemoni merujuk ke pengertian dominasi. Namun, bagi Gramsci, konsep hegemoni berarti sesuatu yang lebih kompleks. Gramsci menggunakan konsep itu untuk meneliti bentuk politik, kultural, dan ideologis tertentu, yang lewatnya, dalam suatu masyarakat yang ada, suatu kelas fundamental  dapat membangun kepemimpinnanya sebagai sesuatu yang berbeda dari bentuk-bentuk dominasi yang bersifat memaksa.
Menurut Gramsci (Faruk, 2013: 141), suatu kelompok sosial mendominasi kelompok-kelompok antagonistik yang cenderung dihancurkan. Kelompok tersebut menjadi dominan apabila menjalankan kekuasaan dan sudah memegang dominasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa teori hegemoni ialah teori yang didasarkan pada dominasi kekuasaan suatu kelas sosial atas kelas sosial lainnya melalui kepemimpinan intelektual dan moral yang dibantu dengan dominasi atau penindasan.
2.2.2 Bentuk Hegemoni
Hegemoni terdiri atas dua macam, yakni hegemoni penindasan atau dominasi, dan hegemoni kepemimpinan intelektual dan moral. Hegemoni dominasi lebih merujuk pada konsep Marxis. Secara garis besar, hegemoni yang diungkapkan oleh Marxis adalah hegemoni negara, dimana hegemoni ini dilakukan oleh penguasa terhadap individu atau kelompok secara fisik maupun nonfisik.
Hegemoni yang kedua yaitu hegemoni kepemimpinan intelektual dan moral. Hegemoni ini dipopulerkan oleh Gramsci. Hegemoni ini dilakukan dengan argumentasi-argumentasi yang secara logika dapat diterima. Intelektual dapat dipahami sebagai strata sosial yang menyeluruh yang menjalankan suatu fungsi organisasi dalam pengertian luas. Jadi, intelektual bisa mencakup kebudayaan, sosial, ataupun ekonomi.


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sinopsis Cerpen “Bawuk” karya Umar Kayam
Bawuk, putri bungsu keluarga Suryo, putri seorang 'onder,' priyayi Jawa. Sejak kecil ia telah menumbuhkan sifat-sifat kerakyatan, berbeda denga keempat kakaknya. Hal ini tampak dalam sikapnya yang menghargai para pembantunya. Hanya Bawuk seorang yang memahami kepedihan ibunya, yang terpaksa melihat suaminya tenggelam dalam pelukan ledek (penari), dalam suatu pesta di Kabupaten. Setelah dewasa, Bawuk berkenalan dengan Hassan, seorang aktivis Partai Komunis. Kemudian mereka menikah dan mempunyai seorang putri dan putra.
Ketika peristiwa G 30 S meletus, Hassan ikut terlibat dan terus dikejar tentara. Maka Bawuk beserta kedua anaknya terpaksa pindah dari satu kota ke kota lain, untuk mengikuti suaminya yang terpaksa terus melarikan diri dari kejaran tentara. Akhirnya, bawuk mengambil keputusan. Ia datang ke kota tempat tinggal ibunya, untuk menitipkan kedua anaknya. Tak mungkin ia membawa-bawa kedua anaknya dalam pelarian itu. Anak-anaknya butuh kehidupan yang layak dan bersekolah dengan tenang. Di rumah ibunya, Bawuk disambut oleh keempat kakak beserta ipar-iparnya yang telah mapan: seorang brigjen, dosen di ITB, dirjen di salah satu departemen, dan seorang dosen lagi di Gadjah Mada. Mereka terus membujuk Bawuk agar tetap tinggal di kota itu. Namun Bawuk telah berketetapan hati untuk terus mencari suaminya. Dengan tegar ia menjelaskan bahwa sebagai isteri, ia tetap harus menemui suaminya. Hanya saja kedua anaknya dititipkan kepada ibunya. Semua kakaknya sulit menerima keputusan itu. Hanya sang ibu yang dapat memenuhi keputusan Bawuk.
Cerita ditutup dengan suara sayup anak-anak Bawuk yang sedang belajar mengaji. Bu Suryo membaca dalam surat kabar, bahwa G 30 S telah ditumpas dan Hassan, menantunya ialah salah seorang yang diberitakan tertembak mati. Tapi Bawuk tak ketahuan rimbanya.
       
3.2  Bentuk Hegemoni dalam Cerpen “Bawuk” karya Umar Kayam
Telah dijelaskan dalam kajian pustaka, bahwa hegemoni adalah dominasi kekuasaan suatu kelas sosial atas kelas sosial lainnya melalui kepemimpinan intelektual dan moral yang dibantu dengan dominasi atau penindasan. Dalam cerpen “Bawuk” ini juga ada beberapa hegemoni yang terjadi, baik hegemoni dominasi ataupun hegemoni kepemimpinan intelektual. Setidaknya ada tiga bentuk hegemoni yang paling menonjol dalam cerpen ini, berikut penjabarannya:
1.      Hegemoni Hassan terhadap Bawuk
Hassan, suami Bawuk, merupakan seorang aktivis PKI. Meskipun PKI dianggap sebagai pemberontak, namun Bawuk tetap patuh kepada Hasan. Hassan juga sering memberikan penjelasan-penjelasan mengenai PKI, menyuruh Bawuk melakukan sesuatu untuk PKI, dan memberi tugas kepada Bawuk tekait kegiatan PKI, namun Hassan tidak pernah secara jelas menyuruh Bawuk untuk bergabung dengan PKI. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:
Suaminya selalu memberitahukannya tentang perkembangan organisasi itu, mendorongnya untuk ikut secara aktif, mengajaknya berdiskusi, dan memberinya bahan bacaan yang cukup banyak. Tetapi, Hassan tidak pernah menganjurkan atau menyuruh agar Bawuk secara resmi masuk menjadi anggota salah satu anak organisasi PKI itu (Kayam, 1975: 119)
Secara tidak sadar, Hassan melakukan hegemoni secara mental terhadap Bawuk. Hegemoni ini dilakukan Hassan melalui argumentasi-argumentasinya tentang PKI dan menerjunkan secara langsung Bawuk dalam kegiatan PKI. Hegemoni ini membawa Bawuk dalam kondisi mental yang bimbang. Bawuk merasa tidak mengetahui mengapa ia tetap patuh melakukan tindakan yang seakan-akan menjadikannya anggota PKI. Hal ini terlihat dari percakapan Bawuk dan kakaknya:
Sungguh, secara jujur aku iri kepada kemampuanmu melihat segala persoalan. Begitu terang, begitu sederhana, dan begitu sistematis. Saya selalu kesulitan di dalam mencoba mengerti dengan sederhana dan jelas tentang hubungan dengan PKI itu. Satu-satunya hal yang terang bagiku hanya hubunganku dengan Hasan (Kayam, 1975: 119).

2.      Hegemoni Hasan terhadap Suatu Kelompok Masyarakat
Tidak hanya kepada Bawuk, Hassan juga melakukan hegemoni terhadap beberapa kelompok masyarakat, agar kelompok masyarakat tersebut ikut dalam kegiatan PKI. Berikut kutipan ketika Hassan melakukan hegemoni terhadap kelompok masyarakat tersebut:
Rakyat di Kecamatan T mesti disiapkan untuk segala kemungkinan. Diperhitungkan, tentara, lambat atau cepat, pasti akan menggempur T. Mereka memutuskan rakyat perlu dipertebal semangatnya dan dibawa ke arah kondisi mental untuk bertempur. Itu berarti bahwa mereka harus dibawa ke arah suasana fanatisme yang tidak kenal ragu-ragu lagi (Kayam, 1975: 118)
Hegemoni yang dilakukan oleh Hassan terhadap kelompok masyarakat di Kecamatan T tersebut berupa hegemoni kepemimpinan intelektual. Hal itu dikarenakan adanya dorongan agar masyarakat di Kecamatan T secara fanatik mau membantu PKI bertempur dengan tentara

3.      Hegemoni Pemerintah terhadap PKI
Hegemoni Pemerintah terhadap PKI dilakukan melalui hegemoni dominasi dan kepemimpinan intelektual. Meskipun dominasi atau penindasan terlihat lebih jelas. Berikut kutipannya:
Dan para petani yang tidak mau menyerah, dihantam tanpa ampun lagi. mayat mereka bergelimpangan di pematang sawah, di pinggir kali, dan dilorong-lorong pedukuhan. Seprempat penduduk telah mati, hamper separo dari penduduk laki-laki telah menjadi tawanan tentara.
Mata petani-petani itu merah dan tegang. Apa benar yang mereka coba pikirkan dalam keadaan begitu. Seluruh peristiwa itu yang berkembang dengan pesatnya menjadi suatu peperangan? Dalam desa mereka yang hijau itu? (Kayam, 1975: 122-123).
Pemerintah melalui tentara-tentaranya telah melakukan dominasi atas petani-petani yang ikut menjadi pengikut petani. Meskipun sebenarnya petani-petani tersebut hanya terpengaruh oleh hegemoni yang dilakukan Hassan dan petinggi PKI yang lain. Namun tentara-tentara tidak mau tahu, terlepas dari keikutsertaan petani dalam PKI karena pengaru ideology yang diungkapkan petinggi PKI.



BAB IV
PENUTUP


4.1  Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, penulis menyimpulkan:
4.1.1        Teori hegemoni ialah teori yang didasarkan pada dominasi kekuasaan suatu kelas sosial atas kelas sosial lainnya melalui kepemimpinan intelektual dan moral yang dibantu dengan dominasi atau penindasan.
4.1.2        Hegemoni terdiri atas dua macam, yakni hegemoni penindasan atau dominasi, dan hegemoni kepemimpinan intelektual dan moral.
4.1.3        Bentuk hegemoni yang terjadi dalam cerpen “Bawuk” karya Umar Kayam adalah:
4.1.3.1      Hegemoni Hassan terhadap Bawuk
4.1.3.2      Hegemoni Hasan terhadap Suatu Kelompok Masyarakat
4.1.3.3      Hegemoni Pemerintah terhadap PKI


4.2  Saran
4.2.1        Pengajian atau analisis terhadap suatu karya sastra, khususnya analisis hegemoni terhadap cerpen perlu pemahaman secara mendalam tentang teori yang digunakan.
4.2.2        Diperlukan kekritisan tinggi lebih dahulu terhadap cerpen yang akan dianalisis, sebelum menganalisisnya.
4.2.3        Referensi yang beragam akan lebih memudahkan dalam menganalisis karya sastra, dan tentu hasilnya akan lebih maksimal.


DAFTAR RUJUKAN

Faruk. 2013. Pengantar Sosiologi Sastra: dari Strukturalisme Genetik sampai Post-Modernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ratna, Nyoman Kutha. 2013. Sastra dan Curtural Studies: Representasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kayam, Umar. 1986. Sri Sumirah dan Cerita Pendek Lainnya. Yogyakarta: Pustaka  Jaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar